Wahai para wanita Islam….

Oleh : Ummu Azzam

Aku memasuki satu komunitas yang lapang, lalu aku berjalan di sisinya, dan berada di halamannya, aku ingin mengintip keadaannya dan ingin menyingkap rahasianya, maka aku simpulkan bahwa hal itu tidak perlu diintip dan disingkap, karena pintunya selalu terbuka, dan rahasianya juga selalu tersingkap. Lalu aku bertanya tentang para pemudi negeri ini?

Maka aku lihat mereka itu telah terperdaya dengan penampilan-penampilan yang menipu, terkena fitnah dengan pemandangan yang memikat, mengikut dibelakang kebid’ahan yang menarik dan menyihir mata, dan tunduk di belakang syiar-syiar palsu dan saling berlomba-lomba agar setiap orang diantara mereka mengatakan: “Aku lah yang paling baik”.

Maka kita melihat mereka sedang shopping di swalayan-swalayan, berputar-putar di jalan-jalan tanpa tujuan, menghambur-hamburkan harta dan berpakaian namun telanjang serta mengumbar aurat di pesta-pesta pernikahan. Masing-masing membanggakan pakaian mereka yang mahal, sepatu mereka yang tinggi dan perhiasan-perhiasannya yang terbuat dari intan. Kamu melihat dia di setiap pestanya dengan satu pakaian khusus, dan setiap satu set pakaiannya untuk satu plesiran. Mereka di setiap plesiran itu selalu membanggakan diri, dengan berbagai warnanya yang cemerlang dan modelnya yang termasuk kwalitas papan atas.

Sehingga kita melihat yang ada hanyalah penghamburan dan pemborosan, kelalaian yang tidak membuat mereka sadar-sadar, mereka telah menutup pintu diri mereka sendiri, dan menutupinya dengan sebuah pembatas, supaya tidak keruh kejernihan kehidupan mereka oleh udara panas, debu yang membuat lusuh, rintihan kesakitan dan erangan penderitaan serta teriakan yang keras dan panas yang meluap-luap.

Seakan-akan mereka diciptakan sendirian saja, mereka telah tertipu dengan dunia dan perhiasannya yang berkilauan, serta pemandangannya yang palsu. Entah apakah mereka itu lupa atau berpura-pura lupa bahwa mereka memiliki keluarga selain keluarganya, dan mereka punya saudara selain saudaranya, yang mengikatnya dengan ikatan kemanusiaan yang paling utama. Dirumah-rumah mereka sendiri terusir, diri mereka ditekan, dan harta mereka dirampas. Sehingga kita melihat para lelaki telah dibunuh dan dipenjara oleh kedholiman orang-orang yang dholim, dengan perintah penghancuran. Kita juga melihat para wanita hidup di bawah bayang-bayang ketakutan dan kelaparan di rumah-rumah yang reot disebabkan ditinggal oleh orang-orang yang dicintainya, raibnya pemilik rumah, suasana kegelapan disebabkan putusnya lampu dan akibat penghancuran.

Dia takut dari tentara musuh jika mereka memecahkan pintu, dan merobek aib kemuliaan orang-orang yang dicintainya. Dia mengusap airmata anak kecil yang malang dan miskin, dia menahan perutnya yang sakit karena rasa lapar yang melilitnya, dia tidur di dalam ruang kosong dalam keadaan menderita, tidak dapat membela diri kecuali dengan mendekap ibunya yang mengasihinya, yang dia hampir-hampir tidak dapat tidur karena selalu dibuat kaget dengan kebisingan tank-tank dan suara ledakan.

Semua itu adalah dampak perlakuan musuh, mereka menginjak-injak tanah kita secara dholim dan paksa, dengan kekuatan dan tekanan, kebencian dan permusuhan, serta perampasan dan pengusiran.
Sehingga yang kita lihat adalah darah dan potongan-potongan tubuh, penawanan dan penindasan serta pembakaran dan penghancuran. Para wanita kita, mereka masih tertutup kemuliaannya, mengingkari dengan hati mereka, lalu sampai kapan perlawanan dan pengingkaran ini? dan sampai kapan kelalaian dan kealpaan ini?

Wahai saudariku…
Bagaimana anda tidur dalam keadaan tenang dan senang padahal di sana dia tidak tidur di malam harinya karena ulah para musuh?.
Atau bagaimana kalian hidup dalam keadaan senang sedangkan saudara-saudaramu menjumpai pembantaian yang tragis dan berbagai macam ujian? Atau bagaimana kamu bisa hidup tenang sedangkan saudari-saudarimu menemui apa yang membuat ranjang hancur dan memekakkan pendengaran?

Wahai para cucu-cucu Khodijah, Asma’ dan Aisyah…
Sekarang ini bagi anda adalah mengetahui bahwa di dunia ini ada kehidupan dan kematian, haq dan bathil, ujian dan kenikmatan, fitnah dan siksaan, dan juga di dalamnya ada Islam dan kafir.

Apakah anda melihat siapakah dari kalangan wanita hari ini yang memperjuangkan tekad umat? Siapakah wanita yang menangisi pembantaian yang terjadi di Jenin, Nablus dan Rofah?
Dan siapakah wanita yang menangisi jatuhnya Kabul? Bahkan siapakah wanita yang menangisi jatuhnya kota Baghdad?

Demi Alloh kamu tidak dapat melihat para wanita tersebut kecuali yang menangisi orang-orang yang dia cintai, namun dia tidak perhatian dengan apa yang menimpa agama dan keluarganya.

Wahai saudariku…
Wajib bagimu untuk membangunkan hati-hati para lelaki, dan kamu dongkrak tekad para pahlawan, katakan: kami tidak mau tunduk di bawah kehinaan dan kerendahan, kenistaan dan keterpaksaan, kami ingin membebaskan diri dari ruku’ di depan para penyembah salib.

Hendaklah anda mempersembahkan orang-orang yang anda cintai untuk di kirim di medan-medan jihad, karena sesungguhnya Alloh yang paling berhak dengan pengorbanan kita di jalannya dengan sesuatu yang paling mulia dari apa yang kita miliki berupa jiwa dan harta.

Kukatakan padamu hai saudariku muslimah: “Sesungguhnya minimal yang dituntut darimu berkaitan dengan keluarnya para lelaki untuk berjihad adalah engkau diam tidak mengeluh dan ridho dengan perintah Alloh, hati-hatilah dari menghalang-halangi dari jalan Alloh dan menjadi perusak jalan mereka menuju jannah dan untuk mendapatkan ridho Ar Rohman.

Alloh Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ يَسْتَحِبُّونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجاً أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ بَعِيدٍ
“Orang-orang yang mencintai kehidupan dunia daripada akherat dan menghalang-halangi dari jalan Alloh dan menginginkan supaya jalan itu bengkok mereka itu berada di dalam kesesatan yang sangat”.

Maka jadilah seperti Khonsa’, Nashibah binti Ka’ab dan Shofiyyah binti Abdul Muthollib yang pada sekarang ini tidak ada para wanita seperti mereka, dan yang menginginkan untuk mengangkat kehinaan dan kenistaan dari kepengecutan umat, hendaknya meninggikan bendera pertolongan untuk Islam dan kaum muslimin dengan darah anak-anak dan buah hati mereka, serta menghentikan gerakan orang-orang komunis kafir dari negeri-negeri Islam dan penduduknya”.

Wahai saudariku….
Kenapa engkau tidak menjadi seperti Ummu Suroqoh? Apa yang terjadi dengan Ummu Suroqoh? Dia telah mempersembahkan anaknya untuk berjihad di Afghonistan, dan ketika anaknya terbunuh, mereka berkata: “bagaimana kita memberitahukan kepadanya akan kematian anaknya?”.

Kemudian mereka berpendapat jika hal itu yang menyampaikan adalah Syaikh Abdulloh Azzam pasti dia akan menganggap ringan musibahnya, maka Syaikh rh menghubungi ibunya dan memberitahukan berita gembira akan kematian anaknya, serta menghiburnya dengan kata-kata kesabaran, namun dia tidak membutuhkan kata-kata itu, dan seakan-akan dia menunggu-nunggu berita akan kematian anaknya dengan penuh kerinduan, lalu dia menjawab perkataan Syaikh: “Alhamdulillah, segala puji milik Alloh akan kesyahidan Suroqoh dan aku akan mengirimkan saudaranya kepada kalian supaya menggantikan kedudukannya”.2

1 . Ibnu Ishaq berkata, “Yahya bin Abbad bin Abdulloh bin Az Zubair berkata kepadaku dari ayahnya yaitu Abbad yang berkata bahwa Shofiyyah binti Abdul Muthollib ra berada di benteng tinggi milik Hasan bin Tsabit. Shofiyyah binti Abdul Mutholib berkata, ‘Hassan bin Tsabit berada di benteng tersebut bersama para wanita dan anak-anak. Tiba-tiba salah seorang Yahudi berjalan melewati kami mengelilingi benteng. Bani Quroidhoh telah mengumumkan perang dan membatalkan perjanjian dengan Rosululloh SAW. Tidak ada seorangpun yang bisa melindungi kami dari mereka, karena Rosululloh SAW dan kaum muslimin sedang menghadapi musuh hingga tidak bisa pergi ke tempat kami jika seseorang datang menyerang kami. Aku berkata, “Hai Hassan, orang Yahudi ini seperti engkau lihat mengelilingi benteng. Demi Alloh, aku khawatir ia menyebarkan aurat kita kepada orang-orang Yahudi di belakang kita. Rosululloh SAW dan sahabat-sahabatnya sibuk hingga tidak bisa mengurusi kita, oleh Karena itu, turunlah engkau kepadanya dan bunuhlah dia!” Hassan bin Tsabit berkata, “Semoga Alloh mengampuni dosa-dosamu, hai anak Abdul Muthollib, demi Alloh, engkau tahu bahwa aku tidak ahli untuk tugas tersebut.” Ketika Hassan bin Tsabit berkata seperti itu dan aku tidak melihat sesuatu padanya, aku mengencangkan kainku, kemudian mengambil tongkat besi. Setelah itu, aku turun dari benteng menuju orang yahudi tersebut dan memukulnya dengan tongkat besiku hingga tewas. Setelah membunuhnya aku naik ke atas benteng dan berkata kepada Hassan bin Tsabit, “Hai Hassan, turunlah engkau ke jenazah orang Yahudi tersebut, kemudian ambillah apa yang dikenakannya, karena tidak ada yang menghalangiku untuk mengambil apa yang ia kenakannya, melainkan ia orang laki-laki.” Hassan bin Tsabit berkata, “Aku tidak butuh untuk mengabil barang-barangnya, hai putri Abdul Mutholib.”
2. Kitab Daurun Nisaa’ Fii Jihaadil A’daa, karangan: Syaikh Yusuf Al Uyairi rh.

One response to this post.

  1. Segala Puji bagi Tuhan Alam Semesta Allahu Ta’ala yang mengabarkan kebaikan-kebaikan
    agar aku dan kalian mengambil manfaat dari kebaikan dan berbagi untuk sesama.
    Salam Kenal dari Kami GAMIS MURAH

    Thx infonya 😀

    Balas

Tinggalkan komentar